by INDRO SULISTYO
Dalam membuat jurnal dwi mingguan ini saya mengambil
model Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini
dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk
digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan
kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini.
1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda
sebagai Calon Guru Penggerak.
Materi modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
sangat di butuhkan bagi calon guru pengerak agar meriset/menata ulang pemahaman
tentang ruang lingkup pendidikan. sebagai calon guru pengerak harus mampu
meresapi serta mempraktikan filosofi pendidikan dari Kihajar Dewantara agar
mamu merubah arah pendidikan kedepan agar lebih baik sesuai filosofi dari KHD.
2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang
berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?
Ide, materi serta endapat dari narasumber sangat jauh berbeda dengan apa
yang saya praktikan selama ini. Kegiatan pembelajaran yang selama ini saya
praktikan masih 90% berpusat pada guru hal ini sangat kontras dengan ide,
materi dari narasumber
3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut
Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan
setelah menjadi Guru Penggerak?
ada banyak sekalai konsep-konsep filosofi pendidikan dari KHD dari sekian
banyak tadi saya dapat mengambil beberapa konsep yang penting untuk terus di
bawa oleh seorang guru baik sebagai CGP atau nanti setelah menjadi GP:
a. Pendidikan adalah usaha menuntun (among) segala kekuatan kodrat anak
(murid) agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang
setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat
b. Pendidikan hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
c. Menuntun berarti membimbing, memberi contoh, mendorong, dan
memfasilitasi murid dalam proses belajar sehingga segala kodratnya (budi
pekerti) dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
d. Kodrat anak Merdeka, merdeka lahirnya dan merdeka batinnya.
Kemerdekaan disini dimaknai sebagai kemandirian dan bukan kebebasan, dimana
lahir dan batinnya (jiwa dan raganya) bersandar pada kekuatan sendiri tidak
bergantung pada orang lain.
e. Kodrat anak, Bermain. Konsep ini berdasarkan pada pemikiran
Montessori bahwa bermain sudah menjadi kodrat anak. Pikiran-perasaan-kehendak
yang bersatu melahirkan tenaga yang diwujudkan oleh anak dalam aktivitas
bermain. Bermain dapat menjadi media belajar.
f. Pendidikan berpihak pada anak, yaitu pendidikan yang bebas dari segala
ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak bukan untuk meminta sesuatu tetapi
untuk berhamba pada sang anak. Pendidikan harus memberikan perhatian dan
pelayanan seutuhnya kepada anak sebagai peserta didik. Pendidikan harus
memuliakan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar untuk
mencapai tujuan universal yaitu selamat dan bahagia (wellbeing)
g. Teori Tabularasa, anak tidak lahir seperti kertas kosong, melainkan
lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar- samar. Sehingga tujuan
pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak menebalkan garis
samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.
h. Setiap anak telah memiliki bakat, kemampuan, gaya belajar, dan
berbagai potensi yang unik, berbeda satu dengan lainnya sehingga guru melalui
proses pendidikan tidak dapat mengubah keunikan itu. Tugas guru hanya perlu
membantu masing-masing anak menebalkan bakat, potensi atau apapun yang baik
yang dimiliki anak agar muncul dan teraktualisasi menjadi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang bermanfaat. Serta menyamarkan guratan yang tidak baik
agar tidak tumbuh dan berkembang.
i. Memperbaiki laku anak perlu disesuaikan dengan konteks diri anak dan
konteks sosio-kultural dimana anak-anak tumbuh dan berkembang
j. Agar sesuai dengan konteks diri anak maka seorang guru perlu memahami
tumbuh kembang anak, diantaranya perkembangan intelektual, kebutuhan dasar
manusia, dll
k. Guru laksana seorang petani yang mengelola lingkungan belajar agar
sesuai dengan kebutuhan belajar murid sehingga mereka dapat tumbuh dan
berkembang sesuai kekuatan kodratnya (budi pekerti). Disamping itu guru
mengusahakan atau mengkondisikan agar tidak ada hama pengganggu yang dapat
mengerdilkan tumbuh kembang anak secara wajar
4) Change: Apa perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah
mendapatkan materi pada hari ini?
Merubah pola pikir kalau guru bukanlah penguasa kelas, pembelajaran
haruslah berpusat pada murid, hal yang paling sederhana saya lakukan adalah
menyusun perangkat pembelajaran atau modul ajar yang kegiatan pembelajarannya
terpusat pada anak, serta mengunakan berbagai macam metode mengajar. Saya juga
akan terus mengikuti rangkaian kegiaatan CGP agar saya mendapat pemahaman yang
lebih baik lagi dan akan segera dapat saya aplikasikan dalam pendidikan di
sekolah kamai khususnya dan umumnya di dunia pendidikan