Tuesday 28 March 2023

Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 Coaching

Di tulis/diterbitkan: INDRO SULISTYO, S. Pd, M. Si

CGP Angkatan 7 Kab Sragen Provinsi Jawa tengah

Sebagai seorang Calon Guru Pengerak di dalam pelaksanaan diklat melalulu LMS hal yang tidak boleh di lewatkan adalah melakukan Koneksi Antar Materi yang telah di selesaikan dalam LMS. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademis. Coaching lebih mengarah pada kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Proses coaching memberikan ruang bagi coach untuk menggali semua potensi yang ada pada diri coachee sehingga coachee dapat berkembang dari berpikir pada saat ini ke arah pemikiran masa depan hal ini senada dengan pendapat Gratt.1999. Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

Dalam tulisan kali ini penulis akan merefleksikan beberapa hal yang terkait dengan: pengalaman belajar penulis, Analisis untuk Implementasi dalam konteks CGP dan membuat konektifitas atau keterhubungan materi yang didapat dengan pengalaman penulis.

Pengalaman belajar

Materi di modul 3.2 tentang coaching sangat erat hubunganya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi. Setelah menyelesaikan materi pada modul 2.3, materi Coaching untuk Supervisi Akademis merupakan materi yang sangat luar biasa membuka wawasan saya yang selama ini menganggap supervisi hanyalah rutinitas kegiatan yang jauh kemanfaatannya, namun setelah mempelajari materi ini saya merasa bahwa coaching dalam supervise akademis merupakan suatu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran maupun dalam memimpin suatu organisasi.

Selama  belajar materi dalam modul 3.2 saya mengalami pergulatan perasaan yang membawa saya harus belajar untuk dapat menerapkan materi di modul 3.2 dalam keseharian saya utamanya dalam proses belajar mengajar maupun dalam lingkungan kerja. Senang, Bahagia, bangga menyelimuti hati saya, senang karena diberikan kesempatan untuk mempelajari materi Coaching, Bahagia karena dapat menularkan pemahaman saya pada pesertadidik maupun teman sejawat. Bangga karena saya termasuk kedalam segelintir orang yang beruntung dalam mengikuti kegiatan Pendidikan CGP Angkatan 7 ini.

Selama proses pembelajaran di LSM hal yang baik menurut saya adalah Ketika menyampaikan ide atau gagasan yang di tanyakan oleh fasil serta Ketika saya dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang di tentukan. Hal-hal yang mungkin perlu perbaikan untuk diri saya adalah lebih mengintensifkan berinteraksi dengan rekan CGP, serta memotivasi diri pribadi untuk dapat segera menyelesaikan tugas tanpa menunda-nunda karena batas waktunya masaih lama.

Materi di modul 3.2 ini sangat penting dalam meningkatkan kompetensi seorang pendidik yakni paedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Materi dalam modul 3.2 diantaranya melatih kita untuk mampu menahan diri, menjadi pendengar yang baik, mampu mengoptimalkan potensi orang lain serta mampu menggali inisiatfi seseorang. Hal ini tentu saja mempengaruhi kematangan diri pribadi seorang pendidik untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya terutama dalam menwujudkan generasi yang cerdas, bernalar kritis dan berkarakter.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Yang menjadi pertanyaan terbesar saya adalah bagaimana coaching yang sebelumnya diperuntukan untuk guru dalam membantu menyelesaikan permasalahn murid dikelas, menjadi dapat membantu rekan sejawat untuk mencari solusi pemecahan masalah serat dapat di pakai oleh seorang atasan untuk mensupervisi bawahaanya. Setelah saya mengali dalam-dalam materi ini ternyata memang benar kemampuan melakukan coaching mutlak dimiliki oleh seorang pendidik sebagai pengajar, sebagai teman sejawat dan sebagai seorang pimpinan. Coaching yang sesuai dan benar dilakukan maka akan memberikan manfaat yang luar biasa dalam menyelesaikan berbagai problem kehidupan utamanya problematika pedidik di dunia Pendidikan.

Tantangan yang mungkin dating dalam mengimplementasikan coaching ini di tingkat sekolah bisa disebabkan kurangnya pemahaman seorang coachee terhadap Langkah/Tindakan dalam pelaksanaan coaching sehingga hasil kurang maksimal. Dari tingkat daerah yang paling memungkinkan adalah perasaan sikap ego yang malu untuk meminta bantuan orang lain. Semisal jika seseorang yang memilik permasalahan akan enggan mengutarakan permasalahannya pada orang lain karene gensi atau malu dipandang kurang becus/mampu.

Langkah-langkah yang dapat diambil dalam menyelesaikan permasalahan yang kemungkinan di hadapi seperti diatas adalah dengan melakukan pelatihan coaching dan membudayakan perasaan malu bertanya sesat di jalan. Hal ini yang akan mampu meningkatkan keberhasilan pelaksanaan coaching.

Membuat keterhubungan

Belajar dari pengalaman masa lalu penulis yang hanya mengangap supervisi merupakan suatu rutinitas, serta penyelesain masalah terhadap murid yang terkesan penulislah yang harus memutuskan tanpa melibatkan perasaan murid. Di dalam kelas terkesan gurulah sebagai penguasa tunggal yang harus di ikuti oleh murid, setelah mempelajari serangkaian materi sampai dengan materi 3.2 perubahan kedepan adalah merubah paradigma berpikir agar mampu menerapakan spirit merdeka belajar.

Pada awalnya supervisi yang saya anggap hanya sebagai rutinitas akan berubah menjadi kebutuhan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas dengan prinsip Coaching. Pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan problematika kelas akan penulis selesaikan dengan pendekatan coaching yang selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).

Selama mengikuti kegiatan Pendidikan calon guru pengerak ada beberapa konsep/praktik baik yang sudah saya laksanakan diantaranya penerapan segitiga restitusi, pembelajaran berdiferiensi dan PSE. Walau harus penulis akui dalam penerapan konsep tersebut masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan, namun dengan tekad yang kuat penulis berharap pada suatu saat akan mampu menerapkannya dengan lebih baik.

Untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi selain mengikuti kegiatan PGP penulis juga menyempatkan mengikuti beberapa kegiatan diklat seperti kegiatan merancang pembelajaran berbasis proyek menuju profil pelajar Pancasila dalam satuan Pendidikan. Selain itu masih ada beberapa diklat yang penulis ikuti juga dengan harapan mampu menambah pemahaman penulis dalam memperbaiki kulaitas proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

Penulis merupakan salah satu staf mengajar di SMK Negeri 1 Sragen