Di tulis/diterbitkan: INDRO SULISTYO, S. Pd, M. Si
CGP Angkatan 7 Kab Sragen Provinsi Jawa tengah
Sebagai seorang Calon
Guru Pengerak di dalam pelaksanaan diklat melalulu LMS hal yang tidak boleh di
lewatkan adalah melakukan Koneksi Antar Materi yang telah di selesaikan dalam
LMS. Modul 2.3 Coaching untuk
Supervisi Akademis. Coaching lebih mengarah pada kepada membantu
seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Proses coaching memberikan
ruang bagi coach untuk menggali semua potensi yang ada pada diri coachee
sehingga coachee dapat berkembang dari berpikir pada saat ini ke arah pemikiran
masa depan hal ini senada dengan pendapat Gratt.1999. Coaching didefinisikan
sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee.
Dalam tulisan kali ini penulis akan merefleksikan beberapa hal yang
terkait dengan: pengalaman belajar penulis, Analisis untuk Implementasi dalam
konteks CGP dan membuat konektifitas atau keterhubungan materi yang didapat
dengan pengalaman penulis.
Pengalaman belajar
Materi
di modul 3.2 tentang coaching sangat erat hubunganya dengan
materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosi. Setelah menyelesaikan
materi pada modul 2.3, materi Coaching
untuk Supervisi Akademis merupakan materi yang sangat luar biasa membuka
wawasan saya yang selama ini menganggap supervisi hanyalah rutinitas kegiatan
yang jauh kemanfaatannya, namun setelah mempelajari materi ini saya merasa
bahwa coaching dalam supervise akademis merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran maupun dalam
memimpin suatu organisasi.
Selama belajar materi dalam modul 3.2 saya mengalami
pergulatan perasaan yang membawa saya harus belajar untuk dapat menerapkan
materi di modul 3.2 dalam keseharian saya utamanya dalam proses belajar
mengajar maupun dalam lingkungan kerja. Senang, Bahagia, bangga menyelimuti
hati saya, senang karena diberikan kesempatan untuk mempelajari materi
Coaching, Bahagia karena dapat menularkan pemahaman saya pada pesertadidik
maupun teman sejawat. Bangga karena saya termasuk kedalam segelintir orang yang
beruntung dalam mengikuti kegiatan Pendidikan CGP Angkatan 7 ini.
Selama
proses pembelajaran di LSM hal yang baik menurut saya adalah Ketika
menyampaikan ide atau gagasan yang di tanyakan oleh fasil serta Ketika saya
dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang di tentukan. Hal-hal yang mungkin
perlu perbaikan untuk diri saya adalah lebih mengintensifkan berinteraksi
dengan rekan CGP, serta memotivasi diri pribadi untuk dapat segera
menyelesaikan tugas tanpa menunda-nunda karena batas waktunya masaih lama.
Materi
di modul 3.2 ini sangat penting dalam meningkatkan kompetensi seorang pendidik
yakni paedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Materi dalam modul 3.2
diantaranya melatih kita untuk mampu menahan diri, menjadi pendengar yang baik,
mampu mengoptimalkan potensi orang lain serta mampu menggali inisiatfi
seseorang. Hal ini tentu saja mempengaruhi kematangan diri pribadi seorang
pendidik untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya terutama dalam
menwujudkan generasi yang cerdas, bernalar kritis dan berkarakter.
Analisis
untuk implementasi dalam konteks CGP
Yang
menjadi pertanyaan terbesar saya adalah bagaimana coaching yang sebelumnya
diperuntukan untuk guru dalam membantu menyelesaikan permasalahn murid dikelas,
menjadi dapat membantu rekan sejawat untuk mencari solusi pemecahan masalah
serat dapat di pakai oleh seorang atasan untuk mensupervisi bawahaanya. Setelah
saya mengali dalam-dalam materi ini ternyata memang benar kemampuan melakukan
coaching mutlak dimiliki oleh seorang pendidik sebagai pengajar, sebagai teman
sejawat dan sebagai seorang pimpinan. Coaching yang sesuai dan benar dilakukan
maka akan memberikan manfaat yang luar biasa dalam menyelesaikan berbagai
problem kehidupan utamanya problematika pedidik di dunia Pendidikan.
Tantangan
yang mungkin dating dalam mengimplementasikan coaching ini di tingkat sekolah
bisa disebabkan kurangnya pemahaman seorang coachee terhadap Langkah/Tindakan
dalam pelaksanaan coaching sehingga hasil kurang maksimal. Dari tingkat daerah
yang paling memungkinkan adalah perasaan sikap ego yang malu untuk meminta
bantuan orang lain. Semisal jika seseorang yang memilik permasalahan akan
enggan mengutarakan permasalahannya pada orang lain karene gensi atau malu
dipandang kurang becus/mampu.
Langkah-langkah
yang dapat diambil dalam menyelesaikan permasalahan yang kemungkinan di hadapi
seperti diatas adalah dengan melakukan pelatihan coaching dan membudayakan
perasaan malu bertanya sesat di jalan. Hal ini yang akan mampu meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan coaching.
Membuat
keterhubungan
Belajar
dari pengalaman masa lalu penulis yang hanya mengangap supervisi merupakan suatu
rutinitas, serta penyelesain masalah terhadap murid yang terkesan penulislah
yang harus memutuskan tanpa melibatkan perasaan murid. Di dalam kelas terkesan
gurulah sebagai penguasa tunggal yang harus di ikuti oleh murid, setelah
mempelajari serangkaian materi sampai dengan materi 3.2 perubahan kedepan
adalah merubah paradigma berpikir agar mampu menerapakan spirit merdeka belajar.
Pada
awalnya supervisi yang saya anggap hanya sebagai rutinitas akan berubah menjadi
kebutuhan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas dengan prinsip
Coaching. Pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan problematika kelas akan penulis
selesaikan dengan pendekatan coaching yang selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan
yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).
Selama mengikuti kegiatan Pendidikan calon guru pengerak ada
beberapa konsep/praktik baik yang sudah saya laksanakan diantaranya penerapan
segitiga restitusi, pembelajaran berdiferiensi dan PSE. Walau harus penulis
akui dalam penerapan konsep tersebut masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan, namun dengan tekad yang kuat penulis berharap pada suatu saat akan
mampu menerapkannya dengan lebih baik.
Untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi selain mengikuti kegiatan PGP penulis juga menyempatkan mengikuti beberapa kegiatan diklat seperti kegiatan merancang pembelajaran berbasis proyek menuju profil pelajar Pancasila dalam satuan Pendidikan. Selain itu masih ada beberapa diklat yang penulis ikuti juga dengan harapan mampu menambah pemahaman penulis dalam memperbaiki kulaitas proses pembelajaran yang berpihak pada murid.
Penulis merupakan salah satu staf mengajar di SMK Negeri 1 Sragen