Saturday 12 November 2022

CONTOH ATP (ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN ) Pendidikan Pancasila kelas X kurikulum Merdeka 2022

 

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN

 

Nama                                        : INDRO SULISTYO

SMK                                        : SMKN 1 Sragen

Mata Pelajaran                         : Pendidikan Pancasila

Fase yang diampu                    : E

Elemen yang dipilih                : Pancasila

Deskripsi                                 : Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa. Mengkaji nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Capaian Pembelajaran : Peserta didik mampu menganalisis cara pandang para pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; Peserta didik mampu menganalisis fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional; peserta didik mengidentifikasi dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional.           

 

Tujuan   Pembelajaran              : Peserta didik mampu me emahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup, serta menyegarkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari .

 

Alur   Pembelajaran                  :

Materi dari Elemen

Kompetensi yang Dilatihkan

Karakter yang Dikembangkan

Modul

JP

Pancasila

Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;

 

Kerjasama, Gotong Royong

Pancasila.1

2 JP

Refleksi diri tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara MODUL 1.1 CGP 7 2022

By. Indro Sulistyo 

Berbahagialah bapak ibu guru yang lahir di era 80'an, tentu masih hangat di pikiran ketika kita duduk di bangku sekolah dan merasakan betapa keras dan disiplinya pendidikan kala itu yang saat ini menghasilkan generasi yang bisa di bilang tahan banting. Masih teringat dengan jelas ketika kita melakukan kesalah di sekolah dan dihukum oleh guru, untuk mengadu keorang tua saja kita tidak akan berani karena kita tahu konsekuensinya yakni orang tua kita akan menghukum kita lebih berat lagi karena hukuman dari guru berarti kita melakukan kenakalan yang luar biasa. Kita akan belajar mati matian ketika esok hari harus belajar bersama ibu atau bapak X ( Galak) Baik sadar maupun tidak dalam hati kita yang paling dalam tentu merindukan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menakutkan. 

Zaman berubah diikuti pula perkembangan dalam dunia pendidikan yang sekarang ini saya menjadi salah satu aktornya yakni sebagai seorang guru. Berkaca dari pengalaman saya menjadi seorang murid di masa itu, saya punya tekat ketika menempu pendidikan guru yang di zaman itu bukanlah profesi yang di idam-idamkan oleh sebagian besar remaja di masa itu jika suatu saat menjadi seorang guru maka saya akan mengajar dengan cara-cara menyenangkan tidak seperti dulu saat saya menjadi seorang murid. Hal ini sejalan dengan filosofi dari KHD " ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani," 

Sebagai seorang pendidik filosofi itulah yang harus kita terapkan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sebagai seorang pengajar kita harus mampu menjadi contoh yang baik bagi pesertadidik karena pembelajaran yang palin dasar dari anak-anak adalah dengan cara melihat lalu meniru hal inilah yang menuntut kita sebagai seorang pendidik agar selalu bisa memberikan contoh terbaik bagi pesertadidik kita sejalan dengan filosofi ing ngarso sung tulodo. Selain selalu memberikan tauladan yang baik seorang pendidik harus mampu memotivasi pesertadidik untuk mencapai cita-cita dan harapanya selaras dengan filosofi ing madya mangun karso, pendidik harus mampu memotivasi pesertadidik untuk selalu rajin dalam belajar agar tercapai tujuan pembelajaran serta memberikan pengalaman yang bermakna pada pesertadidik. Selanjutnya seorang pendidik harus mampu mendorong dan mengarahkan arah dan tujuan dari pesertadidik agar mampu mencapai mimpi dan cita-citanya hal ini selaras dengan prinsip merdeka belajar yang saat ini di canangkan oleh pemerintah

Sebagai seorang guru setidaknya saya sudah berusaha menerapkan merdeka belajar di setiap pembelajaran yang saya lakukan di kelas dengan membuat suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan walaupun masih banyak kekurangan di sana sini. Karena itu saya harus tetap belajar dan menimba pengetahuan agar mampu menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu mewujudkan pelajar yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar pancasila

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.i Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

 

by INDRO SULISTYO 

Dalam membuat jurnal dwi mingguan ini saya mengambil model Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini.

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak.

Materi modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara sangat di butuhkan bagi calon guru pengerak agar meriset/menata ulang pemahaman tentang ruang lingkup pendidikan. sebagai calon guru pengerak harus mampu meresapi serta mempraktikan filosofi pendidikan dari Kihajar Dewantara agar mamu merubah arah pendidikan kedepan agar lebih baik sesuai filosofi dari KHD.

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?

Ide, materi serta endapat dari narasumber sangat jauh berbeda dengan apa yang saya praktikan selama ini. Kegiatan pembelajaran yang selama ini saya praktikan masih 90% berpusat pada guru hal ini sangat kontras dengan ide, materi dari narasumber

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

ada banyak sekalai konsep-konsep filosofi pendidikan dari KHD dari sekian banyak tadi saya dapat mengambil beberapa konsep yang penting untuk terus di bawa oleh seorang guru baik sebagai CGP atau nanti setelah menjadi GP:

a. Pendidikan adalah usaha menuntun (among) segala kekuatan kodrat anak (murid) agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat

b. Pendidikan hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

c. Menuntun berarti membimbing, memberi contoh, mendorong, dan memfasilitasi murid dalam proses belajar sehingga segala kodratnya (budi pekerti) dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

d. Kodrat anak Merdeka, merdeka lahirnya dan merdeka batinnya. Kemerdekaan disini dimaknai sebagai kemandirian dan bukan kebebasan, dimana lahir dan batinnya (jiwa dan raganya) bersandar pada kekuatan sendiri tidak bergantung pada orang lain.

e. Kodrat anak, Bermain.  Konsep ini berdasarkan pada pemikiran Montessori bahwa bermain sudah menjadi kodrat anak. Pikiran-perasaan-kehendak yang bersatu melahirkan tenaga yang diwujudkan oleh anak dalam aktivitas bermain. Bermain dapat menjadi media belajar.

f. Pendidikan berpihak pada anak, yaitu pendidikan yang bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak bukan untuk meminta sesuatu tetapi untuk berhamba pada sang anak. Pendidikan harus memberikan perhatian dan pelayanan seutuhnya kepada anak sebagai peserta didik. Pendidikan harus memuliakan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar untuk mencapai tujuan universal yaitu selamat dan bahagia (wellbeing)

g. Teori Tabularasa, anak tidak lahir seperti kertas kosong, melainkan lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar- samar. Sehingga tujuan pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.

h. Setiap anak telah memiliki bakat, kemampuan, gaya belajar, dan berbagai potensi yang unik, berbeda satu dengan lainnya sehingga guru melalui proses pendidikan tidak dapat mengubah keunikan itu. Tugas guru hanya perlu membantu masing-masing anak menebalkan bakat, potensi atau apapun yang baik yang dimiliki anak agar muncul dan teraktualisasi menjadi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Serta menyamarkan guratan yang tidak baik agar tidak tumbuh dan berkembang.

i. Memperbaiki laku anak perlu disesuaikan dengan konteks diri anak dan konteks sosio-kultural dimana anak-anak tumbuh dan berkembang

j. Agar sesuai dengan konteks diri anak maka seorang guru perlu memahami tumbuh kembang anak, diantaranya perkembangan intelektual, kebutuhan dasar manusia, dll

k. Guru laksana seorang petani yang mengelola lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan belajar murid sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai kekuatan kodratnya (budi pekerti). Disamping itu guru mengusahakan atau mengkondisikan agar tidak ada hama pengganggu yang dapat mengerdilkan tumbuh kembang anak secara wajar

4) Change: Apa perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini?

Merubah pola pikir kalau guru bukanlah penguasa kelas, pembelajaran haruslah berpusat pada murid, hal yang paling sederhana saya lakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran atau modul ajar yang kegiatan pembelajarannya terpusat pada anak, serta mengunakan berbagai macam metode mengajar. Saya juga akan terus mengikuti rangkaian kegiaatan CGP agar saya mendapat pemahaman yang lebih baik lagi dan akan segera dapat saya aplikasikan dalam pendidikan di sekolah kamai khususnya dan umumnya di dunia pendidikan

Thursday 7 April 2022

MATERI PPKN KELAS X KURIKULUM MERDEKA BAGIAN 1 PANCASILA UNIT 1 Menggali Ide Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara

Tujuan Pembelajaran pada Unit ini : 

Pada unit ini peserta didik diharapkan mampu membandingkan cara pandang para pendiri bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila. Termasuk di dalamnya juga pandangan para pendiri bangsa tentang hubungan agama dan negara terkait frasa “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dalam Piagam Jakarta.

IDE-IDE PENDIRI BANGSA TENTANG NEGARA MERDEKA

Sejarah mencatat perjuangan bangsa Indonesia untuk keluar dari penjajahan melewati fase panjang. Dalam catatan sejarah disebutkan setelah Jepang menyatakan perang dengan menyerbu pangkalan militer Ameriak Serikat di Pearl Harbour di kepulauan Hawai, Jepang selanjutnya melakukan invasi kewilayah Asia termasuk ke Indonesia yang saat itu dukuasi oleh Belanda. Setelah melalui serangkaian pertempuran akhirnya Belanda menyerah kepada jepang, kekalahan Belanda atas Jepang dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa Indonesia terlepas dari penjajahan Belanda menuju ke penjajahan Jepang. Jepang dapat menguasai wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada 8 Maret 1942. Jepang menggunakan sejumlah semboyan, seperti “Jepang Pelindung Asia”, “Jepang Cahaya Asia”, “Jepang Saudara Tua”, untuk menarik simpati bangsa Indonesia.

Namun, kemenangan Jepang ini tidak bertahan lama, karena pihak Sekutu (Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda) melakukan serangan balasan kepada Jepang untuk merebut kembali Indonesia. Sekutu berhasil menguasai sejumlah daerah. Mencermati situasi yang semakin terdesak tersebut, pada peringatan Pembangunan Djawa Baroe pada 1 Maret 1945, Jepang mengumumkan rencananya untuk membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPK).

Jepang pun mewujudkan janjinya dengan membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPK) pada 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito, atas izinPanglima Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Di dalam BPUPK, terdapat dua badan; 1) Badan Perundingan atau Badan Persidangan, 2) Kantor Tata Usaha atau sekretariat. Badan Perundingan diisi oleh seorang kaico (ketua), dua orang fukukaico (ketua muda atau wakil ketua) dan 62 orang iin atau anggota. Termasuk juga dalam BPUPK ini adalah 7 orang Jepang berstatus sebagai pengurus istimewa yang bertugas mengawasi.

BPUPK sendiri diketuai oleh KRT Radjiman Wedyodiningrat dengan Wakil Ketua Ichibangase Yosio dan Raden Pandji Soeroso. BPUPK ini melaksanakan 2 kali sidang; 1) 29 Mei-1 Juni 1945 membahas tentang Dasar Negara, 2) 10-17 Juli 1945 membahas tentang Rancangan Undang-Undang Dasar.

Berdasarkan sejumlah naskah, ada sejumlah tokoh yang turut menyampaikan pidato pada sidang pertama BPUPK, 29 Mei-1 Juni 1945. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pada sidang pertama BPUPK selama empat hari, terdapat 32 anggota BPUPK yang menyampaikan pidato, yaitu: 11 orang pada 29 Mei, 10 orang pada 30 Mei, 6 orang pada 31 Mei, serta 5 orang pada 1 Juni 1945.

Koleksi Pringgodigdo menyebutkan beberapa nama yang berpidato pada 29 Mei 1945, yaitu: Margono, Sosrodiningrat, Soemitro, Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerjo, Soesanto, Soedirman, Dasaad, Rooseno, dan Aris. Sementara itu, pada 30 Mei 1945, ada sembilan tokoh yang berpidato pada sidang BPUPK, yaitu: M. Hatta, H. Agoes Salim, Samsoedin, Wongsonagoro, Soerachman, Soewandi, A. Rachim, Soekiman, dan Soetardjo. Adapun pada sidang BPUPK tanggal 31 Mei 1945, ada empat belas tokoh yang menyampaikan pidato, yaitu: Soepomo, Abdul Kadir, Hendromartono, Mohammad Yamin, Sanoesi, Liem Koen Hian, Moenandar, Dahler, Soekarno, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Koesoema Atmaja, Oei Tjong Hauw, Parada Harahap, dan Boentaran. Sementara pada tanggal 1 Juni, anggota BPUPK yang menyampaikan pidato di antaranya Baswedan, Mudzakkir, Otto Iskandardinata, dan Soekarno.

Sekurang-kurangnya terdapat tiga pokok bahasan dalam sidang BPUPK berkenaan dengan dasar negara, yaitu: 1), apakah Indonesia akan dijadikan sebagai negara kesatuan atau negara federal (bondstaat) atau negara perserikatan (statenbond), 2), masalah hubungan agama dan negara, dan 3), apakah negara akan menjadi republik atau kerajaan.

Selain mendiskusikanz secara lisan (pidato), para anggota BPUPK juga diminta memberikan usulan secara tertulis untuk kemudian diserahkan ke sekretariat atau Kantor Tata Usaha. Untuk menampung berbagai usulan pemikiran para pendiri bangsa, dibentuklah panitia kecil yang berjumlah delapan orang.

( bersumber dari : Buku Siswa X PPKn Kurikulum Sekolah Pengerak)

Untuk lebih mendalami materi silahkan membaca tentang pokok-pokok pikiran 3 tokoh yang sudah populer; Mohammad Yamin, Soepomo,dan Ir. Soekarno. Pokok pikiran yang akan dikaji ini untuk menjawab pertanyaan dari Radjiman Wedyodiningrat “negara Indonesia merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?”