Sunday 19 July 2015

MENGINTIP MOS DIAWAL TAHUN PELAJARAN 2015

Semenjak lengsernya Orde Baru di ganti dengan Orde Reformasi, tertnyata banyak juga hal-hal yang bergeser. Kita ambil contoh Kegiatan MOS di sekolah tingkat pertama atau tingkat atas. dulu kegiatan MOS di era ORBA di isi dengan penataran P4 sehingga sangat jarang terjadi tindakan kekerasan, namun di era reformasi sekarang ini sangat berbanding terbalik tak jarang kegitan MOS yang bertujuan mulia yakni menghantarkan peserta didik baru untuk lebih mengenal tempat mereka nanti menuntut ilmu, berakhir menjadi tempat pembunuhan karakter.
Di era sebelum Reformasi MOS dengan karakter tindakan kekerasan hanya di rasakan di tingkat perguruan tinggi yang dulu dikenal dengan OSPEK, penulis sendiri mengalami kegiatan OSPEK yang tidak menyenangkan dan tidak mengasikkan yang terjadi di saat penulis menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bengawan. Namun saat itu penulis dan teman-teman seanggkatan sampai berdarah-darah hinga mampu mengakhiri tindak kekerasan saat ospek di program study kami. Bahkan di tahun berikutnya ketika kami yang memegang kepanitian OSPEK kami mendobrak cara-cara lama menjadi tradisi baru yang lebih manusiawi, walau tahun berikutnya saat gantian adik tingkat yang pegang kendali mereka menghianati konstitusi yang telah kita patenkan di rubah kekonstitusi lama.
Setelah penulis terjun sendiri di dunia pendidikan sebagai seorang guru penulis baru menyadari ternyata cara,trik dan kegiatan OSPEK saat penulis dulu kuliah sudah diadopsi oleh kalangan pelajar di tingkat sekolah menengah atas bahkan di kota kabupaten kecil tempat penulis tinggal, dan parahnya aksi sebioritas yang ditunjukan oleh kakak kelas tidak hanya berlangsung saat MOS bahkan setelah MOS pun masih berlanjut utamanya untuk kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Tujuan MOS itu sendiri sebenarnya sangatlah mulia :
1.   Membentuk karakter peserta didik dalam rangka mempertebal semangat nasionalisme;
2.  Memberikan kesan kepada peserta didik tentang kesan positif dan menyenangkan terhadap lingkungan pendidikan barunya;
3.   Membantu peserta didik baru untuk mengenal lebih dekat dengan lingkungan pendidik di SD, SMP, SMA dan SMK sehingga tercipta iklim akademik yang kondusif;
4.   Memahami kehidupan sekolah yang baru, terutama bagi peserta didik baru dalam upaya pengenalan dan pelaksanaan Wawasan Wiyata Mandala;
5.   Memotivasi peserta didik baru agar tumbuh dan memiliki kepercayaan diri sehingga mempunyai keberanian mengungkapkan pendapat serta aktif dalam kegiatan yang positif dan kontruktif;
6.   Menanamkan rasa bangga peserta didik baru terhadap almamaternya, sehingga akan timbul rasa memiliki, dan mampu berinteraksi dengan berbagai unsur dan  komponen sekolah yang pada akhirnya akan berimbas pula terhadap pemahaman untuk melaksanakan semua aturan dan norma yang diterapkan di sekolah dengan baik.( Juknis MOS tahun 2015 Jateng)
Jika dilihat dari kegiatanya juga positif, namun kadang-kadang desainnya yang negatif yang mana desain itu kadang-kadang di buat oleh kakak kelas dalam hal ini OSIS dari atribut pakain yang nyentrik/nyleneh(pakai kucir,tutup kepala,papan nama dll) yang semua terkesan tidak mendidik ditambah beberapa kegiatan yang mematika keberanian menyampaikan pendapat, karena jika bepedapat ujung-ujungnya pasti disalahkan. ini lah yang seharusnya diwaspadai oleh bapak/ibu guru sebagai pendidik saat kegiatan MOS berlangsung sejogyanya ikut memantau kegiatan yang sedang berlangsung. sekian semoga dapat bermanfaat