Saturday 29 August 2015

GURU JUGA BISA GALAU

        Galua bisa saja datang menerpa siapa saja, termasuk seorang pengajar seperti saya ini. kegalauan ini bukan karena tersendatnya tunjungan sertifikasi, atau wacana akan dihapusnya tunjangan sertifikasi oleh penguasa negeri ini, namun galau karena melihat mulai pudarnya kejujuran dikalangan pelajar.
        Setelah hampir 3 minggu kegiatan belajar mengajar di mulai di sekolah, tentunya tidak heran jiga para guru mulai mengadakan evaluasi terhadap materi yang di ajarkan dengan melaksanakan ulangan harian. Ketika guru memulai mengadakan ulangan harian suasana tampak tenang dan biasa-biasa namun setelah 15 menit, pergerakan siswa-siswi mulai terlihat gelisah alhasil lirik sana-lirik sini. Yang lebih parah bukan cuma pergerakan tubuh aja namun termasuk komuniasi akhirnya gaduh seperti pasar.
    Sebagai seorang pengajar terus terang saya merasa galau, sedih dan terpukul, ternyata kesemrawutan karakter bangsa ini sudah dimulai di sekolahan tidak hanya para politisi atau pejabat yang tidak jujur tapi para generasi muda yang merupakan harapan dan masa depan bangsa.
         Bagaimana mereka akan memimpin negeri ini jika nilai luhur bangsa ini sudah hilang, apa kita akan membiyarkan masa depan bangsa ini musnah ditangan generasi penerus kita. Kalau kita mau menyadari sebenarnya siapa yang bertangung jawab atas semua ini,semenjak hasil pembelajaran di putuskan dengan UN ( ujian nasional ) itulah awal terkikisnya nilai kejujuran dikalangan pelajar.
         Sebelum mengajar di SMK saya pernah mengajar di sekolah dasar selama hampir 5 tahun. Ketika itu kebetulan Sekolah tempat saya mengajar berada di ujung ploso bumi sukowati, ketika anak-anak masih duduk di kelas 1 - 5 sekolah dasar, itulah masa-masa keemasan anak, dimana kejujuran adalah harga mati. Masih teringat ketiga mengajar di SD saat ulangan anak-anak dengan penuh percaya mengerjakan soal dengan kemampuan sendiri bahkan jika ada teman yang mencoba melihat jawaban, mereka tak segan untuk langsung melpor ke gurunya. Bukan karena kepandaian atau kepintaran mereka engan menyontek, atau karena takut sama gurunya namun lebih dari itu karena mereka mengetahui kalau menyontek itu merupakan perbuatan yang tidak benar, sunguh mulia bukan!!!
       Namun ketika masuk ke kelas 6, guru-guru mulai memberikan bisikan yang akan menghanjurkan kemurnian dan kepolosan mereka dalam memaknai kejujuran, hanya dikarenakan UN. Anak-anak yang pandai didoktrin utntuk bisa membantu kawanya dalam menjawab soal, hal ini lah yang memutar balikan pola pikir mereka dalam memaknai arti kejujuran. sehinggi kejadiaan  saat ulangan di SMK bukanlah merupakan hal yang baru. karena kepolosan yang sudah diracuni tadi dibawa anak kejenjang smp dan ketiga merek di kelas 3 smp hal itu juga dilegalkan oleh guru-gurunya.
     Namun kita wajib bersyukur ketika UN tahu ini tidak lagi dipakai sebagai penentu kelulusan sehingga guru-guru mulai bertaring ketika mengawasi ujian nasional, macan yang sudah ompong sekarang mulai tumbuh gigi-gigi tajamnya dan siap menerkam para pelajar yang mengadaikan kejujurannya saat mengikuti ujian.
       Mari kita berdoa bersama semoga hal ini terus berlangsung sehingga kemurnian anak-anak sekolah dasar dapat terus terjaga sampai kejenjang pendidikan apapun, sehingga masa depan bangsa ini akan gemilang dan kegalauan guru-guru di tanah air ini akan berakhir.

Monday 17 August 2015

RENUNGAN HUT KEMERDEKAAN RI YANG KE 70

Kata Merdeka tentunya sudah tidak lagi mendengung-dengung di telinga atau tertulis di tembok-tembok bangunan, di jalanan atau di manapun. Sejatinya kata merdeka adalah disaat para pensiunan, janda-janda, istri, anak, cucu dari para pejuang '45 bahkan anggota veteran beserta keluarga dapat menikmati sedikit kebahagiaan di akhir hidupnya. Kejadian pengusuran rumah-rumah pensiunan, janda, anak para pejuang dan veteran seringkalai terjadi, penyitaan rumah-rumah oleh pihak bank pun juga menghiasi perjalanan panjang para pejuang beserta keluarga maupun kerabatnya untuk bertahan di negara yang kini telah mereka merdekakan dari belengu penjajahan. Ironis memang....MERDEKA ternyata belum bisa di rasakan oleh semua masyarakat.
Kemerdekaan yang telah di perjuangkan dengan penuh pengorbanan bahkan nyawa juga di pertaruhkan namun hanya segelintir orang saja yang mampu menikmatinya. Andai kata boleh berandai-andai tentu akan kembali muncul dua pilihan merdeka dengan carut marutnya atau dijajah dengan ?????????????????????????
Marilah kita sejenak merenung, hari ini adalah 17 Agustus 2015 genap 70 tahun Indonesia merdeka, apakah hanya kita peringati dengan lomba panjat pinang atau serangkaian perlombaan yang beraneka macam. Atau harus kita mulai berbenah diri.......untuk mengapai kemerdekaan yang abadi sesuai dengan amnat UUD 1945
Ayo Ayo Ayo bangun pemuda pemudi Indonesia sudah bukan jamannya lagi kita hanya terlena dalam kemerdekaan tapi mari kita tunjukan apa yang bisa kita berikan untuk kemerdekaan